Rabu, 13 Mei 2015

Forgive (not) forgotten.

"Memaafkan kemudian melupakan".
Itu kata bu tri tadi pagi saat membahas mengenai aku yang diselingkuhi.

"Perempuan itu sulit untuk melupakan. Jangankan masalah diselingkuhi, masalah kesalahan sepele laki2 aja bisa jadi besar. Misal, masalah menaruh handuk basah di kasur, itu bisa jadi ribut besar."

Kemudian Bu Tri bercerita, "dulu aku punya teman yang benci banget dengan sepatu merah. Kalau ada toko yang menjual sepatu merah, dia lebih baik jalan memutar untuk menghindarinya. Ternyata, suaminya dulu pernah selingkuh dan terpergok dengan cewek selingkuhannya yang saat itu memakai sepatu merah. Itulah, perempuan sulit melupakan."

TRAUMA.
Ya itu yang kualami. Tanpa kubuat-buat, aku memang jadi trauma pada beberapa hal: tiba-tiba jadi benci sekali melihat anak perempuan berumur 1 tahun yang kulihat di angkot; aku jengah jika ada yang menyebut kata2 "janda", apalagi sekarang lagi ramai berita pembunuhan janda 'deudeuh' yang juga PSK itu; aku benci melihat etalase lolipop berbentuk hati: aku benci melewati toko kue Hol**** Bakery; seumur hidup aku tidak akan pernah mau pergi ke Ciater.
Segala macam hal/barang yang berhistori dengan cowokku dan cewe itu, membuatku benci sekali.

Pernah baca di sebuah artikel:
Pasangan yang berhasil memaafkan dan melewati post-traumatic growth akan memiliki hubungan yang lebih luar biasa lagi dari sebelumnya.

Iya, kalo gw berhasil melaluinya. Kalo enggak?
Maka, seumur hidup gw akan terbayang2 terus, teringat2 terus dan bukan tidak mungkin, mengungkitnya.

Bu Tri tadi juga bilang, "mendingan Muth, kalo gabisa memaafkan, tinggalin aja. Karena itu bisa jadi bumerang ke diri kita. Awalnya, si laki2 akan menunjukkan perilaku menyesal dan berusaha menebus kesalahannya. Tapi kalo setiap pertengkaran, kamu ungkit2 terus. Dan kamu selalu tuduh dia, gak pernah berubah, padahal dia udah berubah. Lama2, dia gak jadi berubah beneran. Dia bisa kesal, capek, dan berpikir : ngapain berubah kalo gak dianggep. Jadi tambah hancur, Muth. Jadi sekarang pilihan di tangan kamu. Tinggalin atau memaafkan kemudian melupakan."

Sulit memang, memaafkan kemudian melupakan. Gw udah hampir 4 tahun jalan sama dia. Dikhianati itu rasanya sakit. Dan hanya gw yang tahu persis rasanya.

Jadi, gw coba bertekad untuk:
1. Menghargai setiap usaha dia untuk berubah.
2. Memaafkan dan mencoba untuk tidak mengungkitnya.

Berat? Ya, berat banget. Tapi ini pilihan gw.
Gw coba.
Bismillah ....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar