Rabu, 09 November 2016

Bangku prioritas

Oke, kali ini gw kembali untuk membahas mengenai KRL. Topik yang gw angkat kali ini adalah mengenai bangku/kursi prioritas.
Kursi prioritas di setiap pojok gerbong KRL (sumber: asepsaiba.wordpress.com)
Kalo lo naik KRL, pasti pernah liat label dibawah ini di dekat kursi paling pojok disetiap gerbong KRL. Itu namanya kursi prioritas. Umumnya bisa diisi oleh 3-4 orang. Di setiap pojokan gerbong, masing2 ada 1, jadi ada 4 set kursi prioritas.

Label untuk kursi prioritas (sumber: naningisme.wordpress.com)
Siapa aja sih yang diprioritaskan?
Mulai dari ibu hamil, ibu yang membawa anak, lansia dan penyandang disabilitas.
Sayangnya,, tidak semua tahu dengan pasti definisi dari kursi prioritas tersebut (gw pun juga masih rancu). 

Untuk kategori ibu hamil, nah ini jelas lah ya. Kalo ibu hamil ya pasti gak rancu definisi-nya. Mau hamil 0 bulan sampe 9 bulan, berhak duduk di kursi prioritas.
Embedded image permalink
(sumber: @NegeriID)

Kategori kedua, ibu yang membawa anak. Nah, ini kategori rancu. Pertanyaannya, seberapa besar ya anak yang dibawa sehingga berhak duduk di kursi tersebut? Hanya bayi-kah? Atau balita-kah? Atau orangtua dengan anak kecil berseragam SD juga berhak? Kalo SMP mah kayanya udah pasti gak berhak lah ya. Kalo kita lihat di gambar, si anak itu digendong oleh orangtuanya. Berarti, apakah hanya anak yang masih digendong orangtuanya, yang berhak dapat kursi prioritas? Kalo anaknya udah gede dan digendong gimana? Nah, kan.
Embedded image permalink
(sumber: @NegeriID)


Kategori ketiga, lansia. Kategori ini juga rancu. Sebenarnya, lansia yang dimaksud itu yang seperti apa sih? 
Berikut ini beberapa pengertian lansia menurut para ahli (sumber: http://www.pengertianahli.com):
  • Pengertian Lansia Menurut Smith (1999): Lansia terbagi menjadi tiga, yaitu: young old (65-74 tahun); middle old (75-84 tahun); dan old old (lebih dari 85 tahun).
  • Pengertian Lansia Menurut Setyonegoro: Lansia adalah orang yang berusia lebih dari 65 tahun. Selanjutnya terbagi ke dalam 70-75 tahun (young old); 75-80 tahun (old); dan lebih dari 80 tahun (very old).
  • Pengertian Lansia Menurut UU No. 13 Tahun 1998: Lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.
    Pengertian Lansia Menurut WHO: Lansia adalah pria dan wanita yang telah mencapai usia 60-74 tahun.
  • Pengertian Lansia Menurut Sumiati AM: Seseorang dikatakan masuk usia lansia jika usianya telah mencapai 65 tahun ke atas.

Gw pernah, saat naik KRL, mendengarkan curhatan seorang bapak. Dia bilang, usianya sudah 60 tahun (dan tentu saja masuk kategori lansia), tapi ia pernah malah disuruh berdiri sama penumpang lain saat ia duduk di kursi prioritas. Alasannya, karena saat itu ada ibu hamil. Memang, gw lihat, bapak itu tidak setua usianya, masih nampak bugar walau rambutnya sedikit beruban. Sejak saat itu si bapak lebih memilih duduk di kursi umum saja. Daripada diusir lagi, katanya. See,, kategori ini rancu juga kan?
Embedded image permalink
(sumber: @NegeriID)
Kategori keempat, penyandang disabilitas. Nah yang ini sih, menurut gw cukup jelas ya.
Embedded image permalink
(sumber: @NegeriID)
Jadi, menurut gw penumpang yang merasa berhak dapat kursi prioritas dan penumpang umum lainnya harus sama2 bekerjasama lah.

Untuk yang tidak berhak duduk di kursi prioritas, ya jangan duduk di kursi prioritas, sekalipun kursi itu kosong. Ya, bisa saja sementara kursi itu kosong, kalau nanti di stasiun selanjutnya ada penumpang yang memang berhak, apakah lo yang udah terlanjur duduk disitu mau berdiri? Kalo mau sih bagus!
Dan untuk yang merasa memang punya hak duduk di kursi prioritas, gunakanlah hak anda semaksimal mungkin. Jangan malah mengharapkan penumpang umum lain memberikan kursi untuk anda.

Senin, 07 November 2016

Babymoon in Jogja (part 3: Cave Tubing di Goa Pindul)

Heyho! Yang belum baca Part 1 dan Part 2, tinggal klik aja ya.

Setelah makan, lanjut ke destinasi pertama, Goa Pindul!
Awalnya gw sempet bingung, kemana aja ya ke Jogja itu? Pengen ke tempat yang asik tapi aman bagi bumil. Mulailah browsing-browsing ada apa aja di jogja dan memungkinkan buat bumil gak.

Nemulah kegiatan seru, cave tubing! Kegiatan menyusuri air di dalam goa dengan duduk diatas ban dalam yang nanti ditarik oleh pemandu. Aman untuk bumil karena air ini tidak berarus. Langsung gw search aja tempatnya dimana dan bagaimana kalo mau ikut cave tubing.

Ternyata disana ada banyak calo-calo kalo kita gak reservasi/janjian sama salah satu dari 11 pemandu wisata disana. Searching-searching-searching, akhirnya cukup yakinlah sama salah satu pemandu wisata disana, Wirawisata namanya. Ceki-ceki disini kalo mau tau lebih banyak. Bayarnya cuma Rp. 35.000/org, itu sudah termasuk jasa pemandu, penjemputan dari meeting point biar gak nyasar, ban dalam dan pelampung. Murah yeee...... Informasi tentang goa pindul dan sekitarnya gw dapet dari salah satu pengelola disana yang namanya Mas Rudy. Orangnya ramah dan mau gw tanya macem-macem tentang kondisi disana.

Kita tiba di  meeting point Gapura selamat datang wonosari mendekati pukul 10 pagi. Waktu yang pas untuk mengunjungi goa pindul memang sekitar jam 10.00-12.00, karena ada spot bagus yang bisa terlihat bagus kalo dikunjungi pada jam tersebut. Sepanjang perjalanan, memang banyak plang-plang bertuliskan: INFO GOA PINDUL. Untungnya kita memang sudah janjian dengan salah satu pemandu ya. Pada saat berhenti sejenak di satu daerah saja, kita sempat didatangi oleh calo-calo. Mobil kita langsung dikerubutin gitu dong. Wah, kebayang kalo gak janjian dulu sebelumnya. Perjalanan dari gapura menuju lokasi ternyata lumayan jauh dan bisa nyasar sih kalo sendirian. Setiap pemandu ternyata punya kantor-kantor tersendiri yg terpisah-pisah, walaupun destinasinya tetap sama.

Sampai disana, kita diajak ke loket. Dijelaskan oleh mbak-nya tentang paket wisata disana. Walau cuma berdua (tidak seperti peserta lain yg datang serombongan bahkan dengan bus), mbak-nya tetap menjelaskan dengan panjang lebar ke kita berdua tentang paket wisata yang ada. Sehabis pilih paket, langsung bayar ke loket tiket lalu dipersilahkan untuk ganti baju dan menunggu dipanggil. Disana ada tempat penitipan barang (bayar Rp. 2.000) dan kamar ganti. Barang-barang berharga sengaja gak kita taruh mobil, karena parkir mobil berada di halaman rumah warga, jadi barang berharga dan baju ganti kita titip di loket penitipan barang.

Pose dulu, di depan loket tiket.
Saat dipanggil, kita langsung disuruh pake jaket pelampung yang tersedia di rak jaket dan menunggu dipanggil lagi. Sembari menunggu dipanggil, mas-nya menawarkan kita untuk berfoto di spot-spot 'wajib foto' di area sana. Wah, dengan senang hati, kita sih senang-senang aja difoto. Setelah rombongan kita siap, kita berjalan ke tempat gudang ban dalam lalu meneruskan perjalanan ke sungai di mulut goa. Perjalanan tidak terlalu jauh kok, jadi tidak melelahkan buat bumil, cuma berhati-hati saja pada saat menuruni tangga menuju sungai.
Difotoin sama mas pemandu, di depan spanduk.

Tiba di tepi sungai, kita dibantu untuk menduduki ban dalam tersebut oleh para pemandu. Agak ngeri sih buat gw, karena kan gw pada dasarnya emang takut air. Blukkk aja, begitu gw mendudukkan badan gw di tengah ban dalam, nyessss,,, langsung basah celananya,, tapi enak juga ngambang-ngambang di air dengan kedalaman 1,5 meter. Setelah semua siap, perjalanan pun dimulai. Dengan saling berpegangan pada tali di kanan-kiri ban, satu sama lain, kita memasuki Goa Pindul. Ada 3 zona, zona terang, zona remang dan zona gelap. Zona gelap adalah zona terdalam yaitu 12 meter. Untungnya gw berada persis di belakang mas pemandu, jadi gw bisa denger penjelasannya dengan jelas. Penjelasannya bisa lihat foto-foto aja ya.

Suami siaga, bawain ban istrinya yang lagi hamil ;D

Wajah-wajah sebelum masuk goa, muka gue nervous sebenernya,,, khawatir kelelep -,-

Kawanan kelelawar buah (Megachiroptera) di zona terang. Halo Pteropus..! Sudah lama tak jumpa.... :)

Muka girang berhasil megang Batu Lingga (CMIIW),, konon ini batu keperkasaan pria. Wew..

Gagal total dapetin tetesan mata air awet muda :(

Finish!

Free wedang pindul, setelah berbasah-basahan ria.